Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Perjuangan Melatih Kemandirian Anak

Alhamdulillah saya bisa menuliskan kisah tentang melatih kemandirian anak (termasuk saya yang juga belajar) selama 10hari ini. Kelas Bunda Sayang dari IIP ini memang luar biasa selalu memberikan games sebagai pengingat dalam membersamai buah hati. Games yang memang dalam melakukan pengumpulannya perlu trik supaya bisa istiqomah dalam mengumpulkan tugasnya. Walaupun setiap harinya selalu ada bagian "melatih anak untuk lebih mandiri", tetapi menag beda rasanya jika apa yang kita lakukan harus ditulis atau di foto dan diberikan narasi. Sungguh, melatih kemandirian anak ini memang butuh perjuangan, kesabaran, niat setulus hati, dan kerjasama yang baik dengan pasangan maupun anak. Terutama dari pasangan sih, a.k.a bapak suami. Tanpa beliau sudah bisa dipastikan apa yang saya rancang pasti tidak bisa sepenuhnya sukses :)) Di hari ke sepuluh ini, Arsyad sepertinya sedang benar-benar dilatih untuk mandiri secara emosional. Siang ini dia bermain bersama teman-teman sebayanya. Disini

Emosi Anak Penting untuk Dilatih

Tadi pagi di group IIP Bunsay 2 Jakarta 1, salah satu fasilitator memberikan cemilan pagi tentang Mendidik Kemandirian Emosi. Ah, disini saya jadi diingatkan lagi bahwa tidak hanya berupa "fisik" saja yang perlu dilatih kemandiriannya, tapi emosi pun perlu dilatih. Bukan hanya untuk anak-anak saja tapi juga untuk orang dewasa. Tidak terasa saya sudah menulis 8 postingan cerita tentang "melatih kemandirian anak". Memang semuanya belum ditahap sukses besar dan berhasil, lalu ya sudah. Tapi semua masih dalam tahapan proses. Proses menuju kemandirian yang menjadi bekal untuk anak saya nanti. Terutama mandiri untuk makan sendiri dan toilet training. Kali ini saya ingin bercerita sedikit mengenai kemandirian emosi. Sesungguhnya punya anak itu bukan hanya anaknya yang belajar, tapi orang tuanya pun juga belajar banyak setiap hari. Disaat kita tidak ingin anak terlalu emosi, maka dari orangtua nya pun harus memberikan contoh bagaimana bisa mengatur emosinya dengan baik.

Toilet Training: Pasti Bisa!

Toilet Training? PASTI BISA! BISMILLAAH.. Sebelum anak yang memulainya, terlebih dahulu orangtuanya yang harus berkomitmen. Terutama saya sebagai Ibunya. Kenapa? Ya karena kami semua sama-sama belajar dan berusaha. Apa yang harus dipersiapkan? Menurut pemahaman saya, ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Mental Ibunya. 2. Kesiapan dasar anak. 3. Kesiapan alat pendukung toilet training. 4. Paling penting: KESABARAN dan TELATEN. hahahahaha.... Mental Ibu. Ibu harus siap lahir batin sepertinya. Saya banyak baca artikel baik secara teorinya ataupun pengalaman-pengalaman dari buibu yang menceritakan pengalaman toilet training anaknya. Semakin baca, semakin bikin dag dig dug hahahaha Kesiapan dasar anak. Nah, ini nih yang persiapannya luar biasa butuh kesabaran ya. Disini pulalah anak belajar untuk lebih mandiri dari sebelumnya. Selain sebisa mungkin orang tua sudah sounding setiap saat "Kalo mau pipis di kamar mandi ya. Celananya dicopot dulu. Nanti kalo pipis jo

Siapkah Toilet Training?

Salah satu bentuk kemandirian anak yang segera ingin saya coba terapkan adalah anak bisa sedini mungkin lepas dari ketergantungan popok sekali pakai. Beberapa waktu lalu saat libur lebaran, banyak sodara yang menanyakan berapa umur anak saya. Saat saya jawab hampir mau 2th, banyak yang sudah menyarankan untuk segera "ditatur". Ditatur adalah semacam sudah dibiasakan untuk buang air kecil di kamar mandi pada waktu-waktu tertentu (menyesuaikan kebiasaan anak). Mungkin ada ibu yang bisa hafal jam anaknya ketika ingin BAK (buang air kecil). Saya termasuk yang TIDAK TAHU jadwal anak untuk bak :( Akibat dari ingin seminimal mungkin kerepotan dengan hal-hal sepele dan memutuskan untuk setiap saat menggunakan pospak, berakibat saya sendiri bingung dengan tanda-tanda saat anak ingin bak. Percobaan awal ini saya mulai dengan selalu sounding ke Arsyad, "Nak, kalo mau pipis. Ada yang mau keluar dari sini (sambil nunjuk alat kelaminnya), Arsyad bilang ya PIPIS. Terus kita nanti l

Weekend, Family Time

Weekend adalah saat yang menyenangkan. Saat seluruh anggota keluarga dapat berkumpul bersama. Tapi entah sejak beberapa waktu ini weekend kami selalu penuh kegiatan ini itu. Bolak balik Cilegon-Jakarta karena kami sedang mencoba beradaptasi dengan lingkungan Cilegon. Kalopun di Jakarta, kami biasanya bersih-bersih rumah bersama dan tiduran sepanjang hari, cuddling. Weekend kali ini, saya dan suami ingin mencoba "rapat bisnis" di restoran karena ingin ganti suasana. Karena biasanya kami berdiskusi bisnis kecil-kecilan yang sedang dirintis hanya di rumah saat anak sudah tidur terlelap. Saya berfikir sekiranya dimana kami bisa lama berbincang setelah makan siang tanpa harus 'terusir' hahahaha... Saya ingat bahwa ada 1 mall di Jakarta yang cukup sepi tapi tempatnya fancy, Kuningan City. Pertimbangan saya adalah lokasi yang cukup dekat dari tempat tinggal kami, mall yang cukup besar tetapi jarang pengunjung ini menjadi pilihan juga supaya anak bisa bebas lari-lari dan ka

Belajar dari Melihat

Hari ini saya mau sedikit bercerita tentang kemandirian Arsyad selain yang saat ini masih saya latih terus menerus. Karena untuk melatih makan sendiri memang membutuhkan waktu yang selalu rutin terus menerus. Hal lain yang membuat suami dan saya takjub tentang kemandirian arsyad adalah bagaimana anak kami selalu membantu untuk hal-hal yang bahkan tidak kami pikirkan sekalipun. Entah sejak kapan, saya mulai sedikit terganggu dengan tetesan air AC yang memang tidak langsung masuk di pembuangan air. Akhirnya saya iseng meletakkan botol besar dan memasukkan selang pembuangan AC kedalamnya. Memang sedikit menambah pekerjaan tidak penting saya yaitu harus rajin membuang air buangan di botol langsung ke dalam pembuangan air. Memang sedikit menjadi repot dan kalo lupa ya sama saja. Allah memang Maha Baik kepada hambaNya ;) Entah berapa kali Arsyad melihat apa yang saya lakukan, membuatnya selalu punya inisiatif sendiri setiap pagi untuk membuang air yang ada di dalam botol besar. Kuat

Trip Makan Siang di Hari Jumat

Saat Ibu bosan dan ingin makan berbeda, akhirnya memutuskan untuk makan siang di restoran cepat saji. Niat semakin kuat karena ada special diskon hari Jumat. Sesekali tidak apalah anak saya makan fast food. Demi menjaga kewaran Ibu sih lebih tepatnya ;) Pagi hari sudah saya niatkan sebisa mungkin anak tidur cepat supaya saat makan siang sudah bangun dan bisa segera berangkat menuju lokasi. Kami saat ini tinggal di tempat yang cukup strategis. Strategis macetnya sih iya hahahaha.... Mampang Prapatan. Dari rumah, Mampang 4 menuju ke supermarket Giant (sebrang pasar Mampang Prapatan) ada restoran cepat saji. Saya pun segera sounding ke anak, "Arsyad mau naik bajai? Yuk nanti kita naik bajai. Tapi berangkatnya jalan kaki dulu ya. Setelah makan baru pulangnya kita InsyaAllah naik bajai. Semoga rejeki Arsyad ya hari ini bisa naik bajai." FYI, anak saya itu kalo liat bajai heboh banget. Belum pernah naik tapi di salah satu buku bacaannya ada gambar bajai. Kalo kebetulan pas naik

Trial - Error Melatih Kemandirian

Tantangannya ternyata luar biasa ya supaya anak bisa selalu konsisten melakukan 1 hal untuk jadi mandiri. Sebenarnya saya sudah mencoba melatih anak untuk makan sendiri namun tidak dengan cara ekstrim. Iya, saya ibu yang belum tegaan dan males dapat cibiran orang jikalau saya super extrim caranya biar anak pada akhirnya mau makan sendiri. Extrim gimana? Iya. Saya pernah baca artikel (dan saya percaya kalo cara itu bisa dilakukan) kalo ingin anaknya bisa makan sendiri ya dicoba kita sudah menyiapkan makanan di tempat biasa dia makan. Kalo anak tidak bisa duduk dan tidak menyuap sendiri, ya jangan disuapin. Jangan dikasih makan sambil kita kejar-kejar anaknya untuk buka mulut. Biasanya kebiasaan ini dilakukan sekitar 1-2minggu untuk mengajarkan anak "Kalo kamu tidak makan, ya perutnya nanti sakit. Kamu bisa lapar. Jadi, makanlah nak :)". Disini peran orangtua sangat penting. Konsisten dan tega. hahahha.... Oh, poin penting lagi JANGAN BERI ANAK CEMILAN ya kalo tipenya susah

Tantangan Melatih Anak

Sungguh, niat yang baik dan ada yang selalu mengingatkan adalah salah satu booster supaya kita tetap istiqomah dengan apa yang kita yakini. Kita ingin anak bisa ini itu selalu ini itu, tapi jika lingkungan tidak mendukung, maka keteguhan niat sedang diuji. Betul pepatah yang menyebutkan " It takes a village to raise a child ". Karena apa yang anak lakukan ya yang pertama dilihat itulah yang akan langsung dia contoh. Mudahnya, anak saya bisa konsentrasi makan duduk dan (syukur2) makan sendiri disaat kondisi rumah kondusif. Termasuk kalo teman-temannya Arsyad semua masuk ke dalam rumah saat makan. hahahaha... Maklum, kami masih ngontrak di Jakarta. Jarak antar rumah yang berdekatan sungguh ada positif dan negativenya. Sarapan kali ini dibuat semudah mungkin dalam menyiapkan. Sereal. Saya termasuk ibu yang suka mengenalkan semua jenis makanan untuk anak. Di rumah saya, makan tidak berarti harus nasi. Walaupun nasi selalu tersedia. Langkah ini semakin diperkuat dengan program

Melatih Kemandirian Anak

Alhamdulillah akhirnya ada kesempatan lagi untuk kembali menulis. Rencananya untuk 10hari ke depan harus selalu wajib setor tulisan karena saya sudah absen berhari-hari dari sejak waktu game level 2 kelas Bunda Sayang dimulai. hehehe Bulan ini materi baru sudah diberikan di kelas Bunda Sayang IIP. Tema yang diberikan adalah melatih kemandirian anak . Mendapatkan materi ini seraya dikuatkan lagi niat saya untuk tetap terus menerapkan apa yang selama ini sudah saya dan suami lakukan untuk anak. Walaupun kadang kendor karena kurang sabar menemani Arsyad. Hidup di Jakarta dan hanya bertiga membuat kami benar-benar harus bisa melakukan semuanya serba sendiri. Terutama hal-hal pribadi yang memang seharusnya dilakukan sendiri pun bisa. Dalam hal urusan pekerjaan rumah, saya dan suami membagi tugas masing-masing. Karena suami paham, menemani anak 24jam non stop itu juga butuh tenaga super extra. hahahahha.... Itulah sebabnya suami juga punya peran sangat besar dalam urusan pekerjaan rumah.