Skip to main content

Tantangan 10 hari (part.2)

Waktu senggang untuk menulis setiap hari itu memang luar biasa mahal harganya. Hari Jumat sudah diniatkan untuk menulis kisah kedua tentang komunikasi produktif bersama anak. Apalah daya, toddler saya hari itu seperti nonstop untuk minta asi jika sedang tidak berkegiatan. Saya pun harus membagi waktu dengan memasak yang lumayan banyak demi menghabiskan apa yang ada di lemari es. Tidurnya pun menjadi sangat malam (jam 11 malam ke atas) karena menanti ayahnya pulang dari masjid.

Hari Jumat ini anak saya sedang hobi belajar memakai kaos kaki sendiri. Dia tipe yang jika buru-buru atas keinginannya pasti jadi cranky sendiri. Disinilah saya berusaha mempraktekan langsung komukasi produktif, suara dan intonasi ramah.

"Arsyad mau coba pakai kaos kaki sendiri? Yuk kita coba sama-sama." Awal saat saya menawarkan kegiatan ini pertama kalinya. Dia pun langsung setuju. Pertama mencoba dia langsung tergesa-gesa dan gagal. Mulailah sedikit merengek minta dibantu. Tapi karena saya yakin Arsyad bisa, jadi saya coba encourage dia. Salah satu poin dari komunikasi produktif juga dengan menggunakan kata BISA. Intonasi ramah dan saya mencoba menumbuhkan semangatnya.

"Ayok. Arsyad pasti bisa. Pelan-pelan aja. Sabar.. sabar.."
"Nah, iya kan. Arsyad pasti bisa.. ",
Dia pun langsung senyum lebar ear to ear dan tepuk tangan tanda sukses memakai kaos kakinya sendiri. Kaos kakinya pun dipakai terus sampai tidur 😊

Saat saya tenang dan dihadapkan dengan anak yang sedang punya banyak keinginan, keadaan masih bisa terkendali. Saya masih bisa menggunakan intonasi dan suara yang ramah. Mata masih bisa menatap anak. Tapi, jika saya posisi sedang mengerjakan sesuatu yang juga membutuhkan konsentrasi tinggi (seperti memasak) maka disinilah kesabaran saya diuji. Apalagi jika anak sudah mulai eksplorasi dapur. Duh.. konsentrasi saya langsung buyar.

Seperti hari Jumat lalu, saat saya sedang pegang pisau, anak mulai bermain-main dengan bawang merah dan putih. Awalnya semua masih terkendali. Saya masih bisa mengobrol dengan anak. Tiba-tiba saat keinginan eksplorasi semakin tinggi langsung deh bawang2 ditumpahkan ke lantai. Di sini saya mencoba untuk tenang, menghentikan kegiatan saya, dan berkata "lho. Kenapa bawangnya dikeluarkan? Yuk kita ambil sama-sama. Masukan lagi ke tempatnya." Disini anak merespon "tidak mau. Bawang jangan dimasukkan lagi" dengan bahasanya yang masih suka suka berupa rengekan dan menggeleng kepala (iya, anak saya belum lancar bicara. Masih sebatas "ini apa" "ini apa coba"). Saya pun menurutinya karena diburu waktu dan ingin cepat urusan dapur selesai, maka saya pun menyerah dan melanjutkan kegiatan memasak secepat mungkin.

Saat-saat genting itulah (mood dan konsentrasi ibu) komunikasi produktif sangat dibutuhkan supaya dapat berkomunikasi baik pada anak. Saya pun masih mencoba belajar menjadi lebih baik lagi. 2 hari ini tanpa disadari mempraktekan beberapa poin dari komunikasi produktif seperti mengendalikan emosi, KISS, intonasi dan suara yang ramah, dan bisa.

Semoga dari 10hari tantangan ini menjadi kebiasaan yang senantiasa hadir dikehidupan kami sehari-hari.

#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Comments

Popular posts from this blog

Fitrah Seksualitas : Latih Kebiasaan Sehari-hari

Penyimpangan bisa saja terjadi karena perilaku sehari-hari yang tanpa kita sadari dapat memicu perilaku yang tidak semestinya. Mungkin bagi kita hal itu tidak penting, tapi bisa jadi, untuk anak kita atau orang lain yang fitrah seksualitasnya belum berakhir dengan sempurna malah menjadi 'tanda tanya' besar untuknya kelak.  Seperti salah satu kutipan dalam presentasi "Parenting is not about the kids, It's about the parents". Anak adalah peniru ulung, maka sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan contoh yang terbaik untuk anaknya. Terutama dalam kebiasaan sehari-hari yang nantinya akan menjadi kebiasaannya kelak suatu hari. Saya mulai membiasakan sedari dini pada anak, saat mandi ya harus di kamar mandi, pintu tertutup. Kalo terbuka biasanya saya langsung komentar, "eh, maluuuu... gak pakai baju. Ayo ditutup pintunya."  Paling bikin deg-deg an saat ini adalah karena anak masih super nempel sama saya, padahal ini sudah 1bulan lebih di ruma...

Aliran Rasa - Fitrah Seksualitas

Alhamdulillah, semakin hari anak saya semakin paham akan gendernya. Terlebih lagi dalam pelaksanaan ibadah. Ramadhan kali ini saya sering mengajaknya buka bersama di masjid dekat rumah eyangnya di Jogja. Semakin dia paham kalo sholat laki-laki di shaf laki-laki. Perempuan dengan perempuan. Alhamdulillah dia sendiri yang meminta saat sholat akan dimulai, dia mencari eyang papinya dan berkata, "Arsyad sholat sama eyang papi. Ibu sholat sama eyang mami." Masya Allah... Kami orang tua hanya bisa berikhtiar. Segala kemudahan ini datangnya dari Allah semata.

Review Presentasi : Mengarahkan Fitrah Seksual Anak Pra Aqil Baligh

Presentasi ke-7 Kelompok 2 Tema / Judul Presentasi : Mengarahkan Fitrah Seksual Anak Pra Aqil Baligh Fitrah seksualitas adalah pemahaman bahwa setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang dalam pengertiannya berkembang menjadi peran hidup sesuai jenis kelaminnya. Masalah seksual membutuhkan pengarahan, bukan pembentukan atau pembangunan. Baligh, kondisi tercapainya kedewasaan biologis dengan kematangan alat reproduksi (usia 14 – 16 tahun). Ciri-ciri baligh 1.        Mimpi basah pada anak laki-laki dan haidh pada perempuan. 2.        Tumbuhnya bulu-bulu kemaluan 3.        Berusia 15 tahun. Akil, tercapainya kedewasaan psikologis, social, finansial, serta kemampuan memikul tanggung jawab syariah. Mengarahkan fitrah seksual anak pra baligh 1.        Meminta izin ketika masuk kamar orang tua. 2.   ...