Waktu senggang untuk menulis setiap hari itu memang luar biasa mahal harganya. Hari Jumat sudah diniatkan untuk menulis kisah kedua tentang komunikasi produktif bersama anak. Apalah daya, toddler saya hari itu seperti nonstop untuk minta asi jika sedang tidak berkegiatan. Saya pun harus membagi waktu dengan memasak yang lumayan banyak demi menghabiskan apa yang ada di lemari es. Tidurnya pun menjadi sangat malam (jam 11 malam ke atas) karena menanti ayahnya pulang dari masjid.
Hari Jumat ini anak saya sedang hobi belajar memakai kaos kaki sendiri. Dia tipe yang jika buru-buru atas keinginannya pasti jadi cranky sendiri. Disinilah saya berusaha mempraktekan langsung komukasi produktif, suara dan intonasi ramah.
"Arsyad mau coba pakai kaos kaki sendiri? Yuk kita coba sama-sama." Awal saat saya menawarkan kegiatan ini pertama kalinya. Dia pun langsung setuju. Pertama mencoba dia langsung tergesa-gesa dan gagal. Mulailah sedikit merengek minta dibantu. Tapi karena saya yakin Arsyad bisa, jadi saya coba encourage dia. Salah satu poin dari komunikasi produktif juga dengan menggunakan kata BISA. Intonasi ramah dan saya mencoba menumbuhkan semangatnya.
"Ayok. Arsyad pasti bisa. Pelan-pelan aja. Sabar.. sabar.."
"Nah, iya kan. Arsyad pasti bisa.. ",
Dia pun langsung senyum lebar ear to ear dan tepuk tangan tanda sukses memakai kaos kakinya sendiri. Kaos kakinya pun dipakai terus sampai tidur 😊
Saat saya tenang dan dihadapkan dengan anak yang sedang punya banyak keinginan, keadaan masih bisa terkendali. Saya masih bisa menggunakan intonasi dan suara yang ramah. Mata masih bisa menatap anak. Tapi, jika saya posisi sedang mengerjakan sesuatu yang juga membutuhkan konsentrasi tinggi (seperti memasak) maka disinilah kesabaran saya diuji. Apalagi jika anak sudah mulai eksplorasi dapur. Duh.. konsentrasi saya langsung buyar.
Seperti hari Jumat lalu, saat saya sedang pegang pisau, anak mulai bermain-main dengan bawang merah dan putih. Awalnya semua masih terkendali. Saya masih bisa mengobrol dengan anak. Tiba-tiba saat keinginan eksplorasi semakin tinggi langsung deh bawang2 ditumpahkan ke lantai. Di sini saya mencoba untuk tenang, menghentikan kegiatan saya, dan berkata "lho. Kenapa bawangnya dikeluarkan? Yuk kita ambil sama-sama. Masukan lagi ke tempatnya." Disini anak merespon "tidak mau. Bawang jangan dimasukkan lagi" dengan bahasanya yang masih suka suka berupa rengekan dan menggeleng kepala (iya, anak saya belum lancar bicara. Masih sebatas "ini apa" "ini apa coba"). Saya pun menurutinya karena diburu waktu dan ingin cepat urusan dapur selesai, maka saya pun menyerah dan melanjutkan kegiatan memasak secepat mungkin.
Saat-saat genting itulah (mood dan konsentrasi ibu) komunikasi produktif sangat dibutuhkan supaya dapat berkomunikasi baik pada anak. Saya pun masih mencoba belajar menjadi lebih baik lagi. 2 hari ini tanpa disadari mempraktekan beberapa poin dari komunikasi produktif seperti mengendalikan emosi, KISS, intonasi dan suara yang ramah, dan bisa.
Semoga dari 10hari tantangan ini menjadi kebiasaan yang senantiasa hadir dikehidupan kami sehari-hari.
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Comments
Post a Comment