Weekend seperti biasa anak saya banyak menghabiskan waktu bersama Ayahnya. Hari ini (Minggu, 4/06) hampir 70% waktu anak saya bermain sama Ayahnya. Dari sarapan, bermain, mandi sore. Ibunya? Ibuk kebetulan lagi sariawan parah yang mau ngomong aja rasanya bikin nangis 😂
Walaupun anak banyak bermain sama Ayah, tapi untuk praktek komunikasi produktif Ibu selalu ada celah. Mmm...ya iyalah ya. Masak iya seharian gak ngobrol sama anaknya 😅
Dibutuhkan komunikasi yang baik itu saat mandi. Yak. Mandi. Mungkin hampir semua orang tua paham rasanya minta anak untuk mandi dan menyudahi kegiatan mandi. Sejak awal saya selalu membahasakan kegiatan mandi itu adalah "saatnya bermain air". Saya sangat membebaskan Arsyad untuk bermain air selama kegiatan mandi berlangsung. Hari ini lumayan agak butuh pengorbanan untuk minta Arsyad selesai mandi.
"Yuk nak, main airnya sudah dulu ya. Dilanjut nanti sore boleh kok."
"Eeeeeee...ee.e.e.e.e." Arsyad sambil menggelengkan kepalanya tanda masih ingin bermain.
"Oke.. kalo gitu 1 menit ibu tunggu ya mainnya"
"Iya" Jawabnya cepat.
Setelah 1 menit berlalu, "arsyad, sudah 1 menit. Yuk sudah dulu yuk. Kita pakai baju."
"Ndakk.." rengeknya ingin tetap bermain.
"Mmm... kalo gitu 10 hitungan ya. Setelah itu kita pakai bajuuu", kata saya dengan penuh semangat melebihi dari intonasi sebelumnya. Lalu saya mulai menghitung. Seperti yang bisa diduga. Kalo saya mengucapkan kalimatnya dengan semangat menggebu, insyaAllah biasanya Arsyad langsung merapikan mainan di kamar mandi dan segera keluar.
Butuh perjuangan sebenernya untuk selalu mengungkapkan sesuatu dengan semangat. Apalagi kalo posisi sariawan ini ada lebih dari 2titik sariawan. Huhuhuu...
Berkomunikasi dengan Arsyad memang tidak bisa dengan cara "ingin cepat selesai" atau terkesan terburu-buru. Sejak dulu saya membiasakan untuk menjelaskan kejadian yang ada dengan jujur. Karena anak kecil itu justru harus sudah dibiasakan unuk berkata jujur meskipun kenyataannya tidak lebih baik.
Seperti contoh hari ini saat Ayahnya akan ke JNE untuk mengirim barang. Karena hari ini memang Arsyad sedang nempeeeell banget sama Ayah, jadi tau kalo Ayahnya ganti baju, ambil kunci, ambil tas berisi barang yang akan dikirim langsung respon yang ada ya menangis. Karena merasa tidak diajak. Langsung deh saya coba praktekan lagi komunikasi produktif. Sambil saya gendong dan peluk lalu saya beri pengertian,
"Arsyad, Ayah mau ke JNE. Kirim barang.", menangisnya langsung berhenti dan dia berkata "iya"
"Arsyad di rumah dulu sama Ibu ya. Kita mandi dulu.", eh. Langsung nangis lagi deh. Hahahhaha... karena paham kalo pasti tidak diajak pergi. Saya pun minta ayahnya untuk pamit sendiri ke anaknya. Tetap nangis dan ingin gendong. Memang hari ini mereka berdua lagi nempel kayak prangko, kami pun paham. Akhirnya Ayahnya bilang "ya sudah. Arsyad mandi dulu. Nanti ikut ayah". Itu pun Arsyad maunya dimandiin ayahnya. Hahhahaha...
Yah. Memang menjaga komunikasi yang baik pada anak itu sungguh akan lebih memudahkan kita pribadi untuk mendidiknya. Lebih mudah saat kita ungkapkan keadaan yang sejujur-jujurnya. Jangan ambil jalan pintas dengan berbohong walopun tidak merugikan (saat itu). Seperti contoh, perginya ke JNE yang cukup jauh, tapi bilangnya ke anak "cuma ke depan aja kok. Enggak lama".
Yah... Semangat ya buibu pakbapak semua.. Mari kita nikmati masa-masa anak maunya dekat dengan orangtua. Ayok kita terus belajar dan belajar untuk bisa menjadi teladan yang baik untuk anak kita sendiri 😁
#level1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Comments
Post a Comment