"Jeduuuuggg"
Saya kaget. Arsyad terpeleset saat berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Alhamdulillah dia kuat menahan kepalanya sendiri supaya tidak terbentur. Pecahlah tangisnya. Seketika itu juga langsung saya gendong dan peluk sambil meminta maaf karena teledor tidak menjaganya saat masuk kamar mandi.
Sambil berusaha tetap tenang dan tidak panik saya pun bilang,
"Maaf ya nak. Duh.. ibu kok ya gak jagain Arsyad masuk kamar mandi. Maaf ya".
Dia masih menangis.. tidak kencang. Tapi cukup bikin saya sedih. Ditambah dia sudah mengantuk, jadilah moodnya tidak senang.
Saat anak saya terjatuh, terpeleset, terbentur, dll, saya selalu berusaha tetap tenang dan tidak panik. Karena dari sanalah anak akan meniru ekspresi kita. Saya dan suami lebih ekspresif kalo sedang bahagia. Pernah kejadian anak saya terjatuh, budhenya kaget luar biasa sampai teriak. Anak saya? Nangisnya menjadi-jadi. Dia sudah kaget karena terjatuh, ditambah kaget lagi karena ada suara yang lebih heboh dari tangisnya. Biasanya kalo jatuh yang benar-benar sakit tidak lebih dari 1 menit. Kali ini tangisannya luar biasa dari saya mulai sholat rokaat pertama sampai rokaat 4 belum juga selesai. Bahkan sampai sesenggukan.
"Masih sakit? Badannya sakit?"
"Arsyad tadi kepleset ya?" Saya mulai membuka percakapan saat Arsyad sudah mulai tenang.
"Ghhhh..hh,..hh.. sana.." jawabnya sambil menunjuk lokasi dia jatuh.
"Maaf ya nak. Yuk, kita ingat sama-sama kalo masuk kamar mandi. Masuk kaki kiri, hati-hati, jangan lupa pegangan."
Hanya bisa sebatas itu saya mengingatkan. Karena percuma juga panjang-panjang menasehati. Masih juga usia toddler, bicara masih ala kadarnya. Walaupun pemahaman bahasanya bagus, tetap saja saya tidak mau terlalu banyak memberi nasehat. KISS, keep information short and simple. Begitu katanya salah satu poin dalam komunikasi produktif.
#level1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Comments
Post a Comment